CLOSE ADS
CLOSE ADS
CLOSE ADS
CLOSE ADS

BPS Riau Mencatat Terjadi Deflasi di Riau pada bulan Oktober 2025

  • Bagikan
BPS Riau Mencatat Terjadi Deflasi di Riau pada bulan Oktober 2025. Photo: Ilustrasi

Pekanbaru, RiauChannel.Com – BPS Provinsi Riau mencatat pada bulan Oktober 2025 Provinsi Riau mengalami deflasi bulanan (m-to-m) sebesar 0,06 persen atau terjadi penurunan indeks harga konsumen (IHK) dari 111,17 pada September 2025 menjadi 111,10 pada Oktober 2025. Secara tahunan, pada Oktober 2025 terjadi inflasi y-on-y sebesar 4,95 persen, dan secara tahun kalender terjadi inflasi y-to-d sebesar 3,85 persen.

Melansir dari laman riau.bps.go.id, kelompok pengeluaran penyumbang deflasi bulanan (m-to-m) terbesar adalah kelompok makanan, minuman dan tembakau yang mengalami deflasi sebesar 1,13 persen, dengan andil deflasi sebesar 0,37persen. Kelompok transportasi pada Oktober 2025 mengalami deflasi sebesar 0,05 persen dan memberikan andil deflasi 0,01 persen.

Komoditas yang dominan memberikan andil deflasi m-to-m adalah  bawang merah, ayam hidup, buncis, jengkol, daging ayam ras, cabai rawit, kacang panjang, dan angkutan udara. Sedangkan komoditas yang memberikan andil/sumbangan deflasi m-to-m pada September 2025, antara lain: emas perhiasan, cabai merah, bakso siap santap, jeruk, telur ayam ras, dan wortel.

Sedangkan kelompok pengeluaran yang menjadi penyumbang inflasi tahunan (y-on-y) terbesar adalah kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 9,51 persen, dengan andil inflasi sebesar 3,00 persen, diikuti kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 13,92 persen dengan andil inflasi sebesar 1,00persen dan kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 3,34 persen dengan andil inflasi sebesar 0,34 persen.

Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi y-on-y adalah cabai merah, emas perhiasan, akademi/perguruan tinggi, sigaret kretek mesin, ikan serai, daging ayam ras, telur ayam ras, minyak goreng, nasi dengan lauk, dan beras. Sedangkan komoditas utama yang memberikan andil/sumbangan deflasi y-on-y, adalah: bawang putih, sabun cair/cuci piring, tarif parkir, terong, ikan nila, dan jengkol.

Menurut wilayah, secara bulanan tercatat ada 1 kabupaten/kota IHK di Provinsi Riau yang mengalami deflasi, yaitu Kabupaten Kampar dengan deflasi sebesar 0,75 persen. Sedangkan 3 kabupaten/kota lainnya mengalami inflasi, dengan inflasi m-to-m tertinggi terjadi di Tembilahan sebesar 0,55 persen dan terendah terjadi di Kota Dumai sebesar 0,04 persen. Tingkat inflasi secara y-on-y tertinggi terjadi di Tembilahan sebesar 6,14 persen dan terendah terjadi di Kabupaten Kampar sebesar 4,68 persen.

Kinerja Positif Neraca Perdagangan Riau

Nilai ekspor Riau September 2025 mencapai US$1,59 miliar, naik 11,80 persen dibanding September 2024. Nilai ekspor Riau Januari–September 2025 naik 22,99 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan nilai ekspor ini terutama didorong oleh sektor industri pengolahan, yang mencatat nilai ekspor sebesar US$14,65 miliar, atau naik 28,58 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

BACA JUGA:  Prabowo Instruksikan Jajaran Untuk Membangun Narasi Komunikasi Yang Baik Kepada Masyarakat, Guna Menyampaikan Capaian Program Pemerintah

Kinerja positif sejumlah kelompok komoditas di Riau masih berlanjut sepanjang Januari–September 2025. Ekspor lemak dan minyak hewan/nabati capai US$8,66 miliar, naik 47,17 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Sedangkan ekspor berbagai produk kimia naik 41,21 persen menjadi US$1,79 miliar. Namun, tak semua kelompok komoditas mencatat kinerja positif. Ekspor ampas dan sisa industri makanan turun 64,61 persen menjadi US$160,19 juta. Total ketiganya memberikan share sekitar 71,09 persen dari total ekspor nonmigas Indonesia pada Januari–September 2025.

Tiga besar negara tujuan ekspor Riau adalah Tiongkok, India, dan Malaysia. Share ketiga negara ini sekitar 32,11 persen dari total ekspor non migas Riau pada Januari–September 2025. Tiongkok tetap menjadi pasar ekspor utama komoditas non migas Riau dengan nilai mencapai US$2,30 miliar (15,45 persen), disusul India sebesar US$1,41 miliar (9,48 persen) dan Malaysia sebesar US$1,07 miliar (7,18 persen). Ekspor ke Tiongkok didominasi oleh bubuk kertas (pulp), minyak goreng kelapa sawit, dan kimia dasar organik yang bersumber dari hasil pertanian. Sementara ekspor ke India didominasi oleh minyak mentah kelapa sawit (CPO), minyak goreng kelapa sawit, dan kimia dasar organik yang bersumber dari hasil pertanian.

Dari sisi impor, nilai impor Riau September 2025 mencapai US$134,14 juta, turun 13,00 persen dibanding September 2024. Nilai impor Riau pada Januari–September 2025 mencapai US$1.238,21 juta atau turun 16,65 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan ini berasal dari sektor migas dengan nilai impor US$90,34 juta, turun 46,20 persen dan sektor non migas dengan nilai impor US$1.147,87 juta, turun 13,98 persen. Dilihat dari sisi penggunaan, penurunan impor terjadi pada ketiga golongan penggunaan barang, yaitu barang konsumsi, bahan baku atau penolong, serta barang modal dengan penurunan masing-masing sebesar 55,05 persen, 3,59 persen dan 61,03 persen.

Sepanjang periode Januari–September 2025, Kanada menjadi negara utama asal impor non migas Riau dengan nilai US$201,45 juta (17,55 persen), diikuti Tiongkok sebesar US$195,33 juta (17,02 persen), dan Vietnam sebesar US$110,17 juta (9,60 persen). Impor dari Kanada didominasi oleh pupuk buatan tunggal hara makro primer, bubur kertas (pulp) serta mesin pabrik kertas.

Kinerja positif neraca perdagangan Indonesia kembali berlanjut. Rilis Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau mencatat neraca perdagangan barang Riau mengalami surplus US$14,57 miliar sepanjang periode Januari–September 2025, atau naik US$3,20 miliar dibanding periode yang sama tahun lalu. Secara rinci, nilai ekspor Riau sepanjang Januari–September 2025 tercatat US$15,81 miliar, lebih tinggi dibandingkan impor yang mencapai US$1.238,21 juta. Surplus sepanjang Januari–September 2025 ditopang oleh surplus komoditas nonmigas sebesar US$13,76 miliar dan komoditas migas sebesar US$0,80 miliar.

BACA JUGA:  Wamenkomdigi: Indonesia Siap Pimpin Ekonomi Digital ASEAN Melalui Optimasi AI

Surplus perdagangan nonmigas Riau sepanjang Januari–September 2025 sebagian besar ditopang oleh lima kelompok komoditas, yaitu lemak dan minyak hewani/nabati (US$8,65 miliar), berbagai produk kimia (US$1,76 miliar), kertas dan karton (US$1,55 miliar), bubur kayu (pulp) (US$1,30 miliar), serta bahan kimia organik (US$0,39 miliar).

Dari sisi negara mitra, periode Januari–September 2025, Riau mencatat surplus perdagangan nonmigas tertinggi dengan Tiongkok (US$2,11 miliar), India (US$1,38 miliar), dan Malaysia (US$0,98 miliar). Komoditas penyumbang surplus terbesar dengan Tiongkok adalah bubur kertas (pulp), minyak goreng kelapa sawit, dan kimia dasar organik yang bersumber dari hasil pertanian.

Sebaliknya, masih pada periode Januari–September 2025, defisit terdalam perdagangan non migas Riau tercatat dengan Kanada (US$178,55 juta), Finlandia (US$83,02 juta), dan Swedia (US$21,01 juta). Defisit terbesar dengan Kanada disumbang oleh pupuk buatan tunggal hara makro primer, bubur kertas (pulp), dan mesin pabrik kertas.

Nilai Tukar Petani Riau Naik

Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Riau pada Oktober 2025 tercatat sebesar 193,71, naik 1,21 persen dibandingkan September 2025 yang sebesar 191,38. Kenaikan NTP ini disebabkan oleh naiknya Indeks Harga yang Diterima petani (It) sebesar 1,27 persen, sementara Indeks Harga yang Dibayar petani (Ib) naik sebesar 0,05 persen. Kenaikan Indeks Harga yang Dibayar (Ib) didukung oleh Indeks Konsumsi Rumah Tangga Pertanian (IKRT) dan Indeks Harga yang Dibayar untuk keperluan Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (IBPPBM) merupakan komponen dari Indeks Harga yang Dibayar yang juga mengalami kenaikan masing-masing sebesar 0,01 persen dan0,22 persen. Sejalan dengan kenaikan NTP, Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) Provinsi Riau mengalami peningkatan sebesar 1,05 persen, yaitu dari 187,97 pada September 2025 menjadi 189,94 pada Oktober 2025.

Kenaikan NTP di Provinsi Riau pada bulan Oktober 2025 terjadi pada 4 dari 5 subsektor penyusun NTP, yaitu pada subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat yang mengalami kenaikan sebesar 1,28 persen, diikuti oleh subsektor Peternakan yang naik sebesar 1,05 persen, subsektor Hortikultura naik sebesar 0,72 persen dan subsektor Perikanan yang mengalami kenaikan sebesar 0,51 persen. Disisi lain, subsektor Tanaman Pangan mengalami penurunan sebesar 0,27 persen.

Riau tercatat sebagai provinsi dengan NTP ke-2 tertinggi jika dibandingkan provinsi lain yang ada di Pulau Sumatra, yaitu dibawah Bengkulu. Sementara itu, Sumatera Barat mengalami penurunan NTP sebesar 2,92 persen, diikuti oleh Aceh yang mengalami penurunan NTP sebesar 0,54 persen, Kepulauan Riau sebesar 0,49 persen dan Bangka Belitung sebesar 0,06 persen.

BACA JUGA:  Optimis Raih Medali, Riau Kirim 42 Atlet ke Kejurnas Junior Panahan 2025 di Kudus

Kunjungan wisatawan mancanegara meningkat

Angka kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Riau pada September 2025 tercatat mencapai 27.815 kunjungan. Sebanyak 7.356 kunjungan wisman masuk melalui empat pintu masuk utama imigrasi yaitu Bandara Sultan Syarif Kasim II, Pelabuhan Dumai, pelabuhan Bengkalis, dan Pelabuhan Meranti. Sementara itu, kunjungan wisman yang tercatat melalui Mobile Positioning Data (MPD) di Kabupaten Bengkalis sebanyak 19.829 kunjungan. Jumlah wisman ini naik sebesar 5,12 persen dibanding bulan Agustus 2025. Secara kumulatif sepanjang Januari hingga September 2025, total kunjungan wisman mencapai 199.268 kunjungan. Kunjungan wisman pada September 2025 paling banyak dilakukan oleh wisatawan berkebangsaan Malaysia (46,15 persen), Tiongkok (7,87 persen), dan Singapura (6,05 persen).

Tingkat Penghunian Kamar Hotel Bintang meningkat

BPS Provinsi Riau mencatat, pada September 2025 Tingkat Penghunian Kamar (TPK) Hotel Berbintang sebesar 45,44 persen atau naik sebesar 1,76 poin dibandingkan TPK bulan sebelumnya yang mencapai 43,68. Sebaliknya TPK hotel non bintang mengalami penurunan 0,94 poin dari 26,56 persen pada bulan Agustus 2025 menjadi 25,62 pada bulan September 2025. Rata-rata Lama Menginap Tamu (RLMT) pada hotel berbintang pada bulan September 2025 selama 1,38 malam.

Kenaikan Luas Panen dan Produksi Padi

Luas panen padi di Provinsi Riau pada tahun 2025 diperkirakan mencapai 60,12 ribu hektare, mengalami kenaikan sebesar 3,70 ribu hektare atau 6,56 persen dibandingkan luas panen padi pada tahun 2024 yang sebesar 56,42 ribu hektare. Seiring dengan peningkatan luas panen, produksi padi dalam bentuk Gabah Kering Panen (GKP) pada tahun 2025 diperkirakan mencapai 250,84 ribu ton GKP, naik 0,65 ribu ton GKP atau 0,26 persen dibandingkan produksi padi tahun 2024 yang sebesar 250,19 ribu ton GKP.

Sementara itu, produksi padi dalam bentuk Gabah Kering Giling (GKG) pada tahun 2025 diperkirakan mencapai 222,63 ribu ton GKG, meningkat 0,57 ribu ton GKG atau 0,26 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 222,06 ribu ton GKG. Jika dikonversi menjadi beras, produksi beras untuk konsumsi pangan penduduk pada tahun 2025 diperkirakan sebanyak 127,77 ribu ton beras, mengalami kenaikan 0,33 ribu ton beras atau 0,26 persen dibandingkan produksi beras tahun 2024 yang sebesar 127,44 ribu ton beras.***

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *